SETELAH putus harapan
Nabi Musa as kalau Fir’aun beserta kaumnya tidak akan beriman, maka beliau pun
berdoa kepada Allah:
”Ya Rabb
kami, binasakanlah harta benda mereka dan kunci matilah mereka, maka mereka
tidak beriman hingga melihat siksaan yang pedih.” (QS. Yunus:
88)
Dari doa ini, kemudian
turunlah perintah Allah kepada beliau untuk segera keluar dari tanah Mesir.
”(Allah
berfirman): ’Maka berjalanlah kamu dengan membawa hamba-hamba-Ku pada malam
hari. Sesungguhnya kamu akan dikejar.” (QS.
Ad-Dukhan: 23)
Tiba di tepi Laut Merah, kaum
Bani Israil merasakan bahwa tidak ada jalan lain untuk mereka. Mereka terjebak!
Mereka melihat dengan mata kepala mereka sendiri, lautan di depan mereka, dan
balatentara Fir’aun berada tepat di belakang. Dalam Al-Qur’an dikisahkan:
”Maka
setelah setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut
Musa, ’Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul.’ Musa menjawab, ’Sekali-sekali tidak!
Sesungguhnya Rabb-ku bersamaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” (QS. Asy-Syu’ara: 61-62).
Sekarang, bayangkanlah. Anda
lagi terjebak. Pikiran Anda jadi kusut karena Anda sudah capek karena
dikejar-kejar. Di depan Anda ada lautan yang terhampar luas dan di belakang
sebentar lagi musuh dengan pasukannya yang puluhan ribu itu akan mendatangi
Anda. Sementara Anda hanya ratusan orang, sebentar lagi akan menghabisi Anda!
Lihatlah. Bayangkanlah. Apa
kira-kira yang akan Anda lakukan di masa kritis itu? Ada
yang stress, kaget, tapi ada juga yang tetap yakin. Pasti ada hikmahnya! Pasti akan ada jalan! ”Wah,
gawat! Kita sudah tertangkap ini? “Wah, gawat! Bagaimana ini? Kekuatan mereka
banyak sekali, matilah kita!” Tapi, di saat yang genting itu, mendengar nada
pesimistis dari kaumnya, Nabi Musa berkata dengan yakin: ”Kalla! Inna ma’iya
rabbi sayahdiin!”
”Sekali-kali tidak! Kita tidak
akan tersusul! Rabb-ku yang telah memerintahkanku untuk ke sini, pastilah Ia
sebentar lagi akan memberiku petunjuk!” Akhirnya, dengan jiwa optimisme itulah
yang menyemalatkan Bani Israil dari kejaran kaum kuffar Fir’aun. Akhirnya,
itulah sunnatullah yang harus diterima oleh para penentang syariat Allah
lewat lisan para nabinya.
Tentunya dengan kisah Nabi
Musa ini mengertilah kita bahwa dengan sikap optimis kita akan berjaya. Dengan
optimisme itulah kita akan sukses! Dengan optimisme itulah kita akan menang
melawan penentang hukum-hukum Allah di muka bumi ini.
”Lalu,
Kami wahyukan kepada Musa, ’Pukullah lautan itu dengan tongkatmu! Maka terbelahlah lautan itu seperti
gunung yang besar. Dan di sanalah Kami dekatkan golongan yang lain. Dan
Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya.” (QS. Asy-Syu’ara: 63-65) []
No comments:
Post a Comment